JAKARTA (ANDPOST) - Seiring kenaikan harga minyak dunia, harga BBM (Bahan Bakar Minyak) Pertamax diusulkan naik mengikuti harga keekonomian. Hal ini dinilai perlu dilakukan untuk mengurangi beban keuangan Pertamina.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyatakan, kalaupun harga Pertamax dinaikkan, dampaknya terhadap inflasi tidak akan terasa karena jumlah penggunanya tidak sebanyak BBM jenis lain seperti Pertalite.
"Mengingat Pertamax ini segemented, maka seharusnya tidak memberikan dampak inflasi yang cukup signifikan. Saya kira masih aman untuk inflasi meskipun saat ini konsumsi Pertamax 12% dari total konsumsi nasional," ujarnya kepada, Kamis (24/3/2022).
Mamit bilang, ‘kedudukan' Pertamax ini sebenarnya sama seperti Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite. "Karena memang masuknya ke BBM umum, jadi sama (penentuan harganya)," ungkap Mamit.
Jika Pertamax dijual di bawah nilai keekonomian, artinya Pertamina menanggung rugi karena tidak mendapat kompensasi dari pemerintah. Menurut Mamit, jika harga Pertamax naik dan masyarakat keberatan, masih ada BBM yang harganya lebih murah.
"Masyarakat bisa menggunakan BBM jenis tersebut," tukasnya. Sebagai catatan, nilai keekonomian BBM RON 92 seperti Pertamax dipatok Rp14.526 per liter. Sebagian besar SPBU menjual BBM RON 92 pada kisaran harga Rp11.000-14.000. Namun, Pertamina menjual Pertamax seharga Rp9.000-9.500 per liter.
0 Post a Comment/Comments:
Posting Komentar