BANDARLAMPUNG (ANDPOST) - Harga jagung melonjak dalam beberapa pekan terakhir.Jagung merupakan komoditas andalan pertanian di Lampung. Berbagai ragam bantuan seperti benih maupun sarana pertanian lainnya bagi petani untuk pengembangan tanaman tersebut selalu dialokasikan melalui APBD serta APBN ke Dinas Pertanian (Distan) setiap tahunnya. Namun, dukungan peningkatan produktivitas hasil panen jagung tersebut kadang tidak sesuai dengan harga jual jagung saat panen raya disebabkan tidak adanya intervensi Pemerintah Provinsi Lampung
Ia memperkirakan harga jagung akan terus merangkak naik pada musim gadu ini. Sebab, petani yang menanam jagung pada musim tanam bulan September 2020 terganggu oleh kekeringan yang terjadi sejak Agustus 2020 lalu.
Sementara itu, mulai bulan ini sampai Oktober, kekeringan diprediksi akan semakin parah, sehingga produksi jagung diperkirakan di bawah target.
”Bisa jadi hasil panen pada musim hari ini turun dari rata rata 7 ton bisa jadi cuma 4-5 ton per hektar," kata Karjito, pengepul sekaligus petani jagung ini.
Menurut Ketua DPP Paguyuban Pedagang Tradisional Provinsi Lampung Singgih Andaluciano, harga tersebut berada di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.96/2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Dalam regulasi tersebut, harga acuan di tingkat petani sebesar Rp.3.150/kg.
"Pada Juli 2020 lalu harga jagung pipilan kering ditingkat pengepul sempat anjlok Rp1.800 per kilo, di awal Agustus 2020 ini harga dikisaran Rp2 ribu per kilo" ujar kata dia.
Sebelumnya, harga jagung pipilan ditingkat pengepul Februari 2020 lalu berkisar Rp2.750 per kilo. Kemudian Maret harga jagung turun menjadi Rp2.500 per kilo dan April 2020 anjlok di angka Rp2 ribu per kilo. Pada Mei dan Juni, harga jagung naik bertengger Rp2.200 per kilo.
"Kalau dihitung dengan harga jual jagung Rp2 ribu per kilo, tidak sebanding dengan biaya perawatan yang mesti ditangggung petani dari tanam sampai panen," kata dia.
Dia menilai angka kerugian secara nominal belum sesuai dengan pendapatan. Dalam 1 hektare (ha) areal jagung, modal yang dikeluarkan petani mulai dari pembelian bibit, upah tanam, pupuk, pestisida maupun biaya pembersihan lahan berkisar Rp4--5 juta. Sementara produktivitas hasil panen selama 4 bulan pemeliharaan berkisar 5 ton.
"Jika dihargai Rp2 ribu per kilo dengan produktivitas 5 ton, akan didapat Rp10 juta. Dipotong modal Rp5 juta diperoleh keuntungan hasil bersih Rp5 juta/ha. Bila dibagi 4 bulan masa pemeliharaan, nilai tenaga yang diterima petani per bulan hanya Rp1.250.000. Idealnya, harga jagung pipilan kering di tingkat petani paling tidak Rp2.700 per kilo," kata dia.
Singgih berharap intervensi Gubernur Lampung Arinal Djunaidi penting dilakukan supaya harga jagung dapat membaik. Karena dengan harga yang sesuai maka tingkat kesejahteraan bagi petani jagung dapat lebih meningkat
0 Post a Comment/Comments:
Posting Komentar