METRO - Trigona sp baru dikenal dan mulai dibudidayakan oleh masyarakat Pulau Lombok karena kemudahan budidaya dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya diperlukan stup dan ketersediaan sumber pakan untuk dapat membudidayakan lebah. Demikian disampaikan oleh Budi Nugroho, Ketua Lembaga Pemberdayaan Kewirausahaan (LPK) Lentera Abdi Pertiwi, Yosomulyo, Metro Pusat, Kota Metro
“Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee),” kata Mas Budi, Senin 9 September 2019
Mas Budi mengatakan bahwa Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Di Pulau Lombok, teridentifikasi 2 jenis Trigona sp yaitu Trigona clypearis dan Trigona sapiens. Kedua jenis trigona ini ditemukan di seluruh Pulau Lombok dengan beragam kondisi habitatnya. Pembudidaya trigona ditemukan di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan di semua lokasi.
“Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan yang harus disiapkan dalam membudidayakan trigona adalah sarang (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu,”tegas Mas Budi
Lebih lanjutMas Budi, mengatakan bahwa dalam pembuatan stup dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah madu Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan ± 2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang (Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil.
Setelah 3 hari, stup siap digunakan Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung dan diletakkan di rak penyimpanan. Digantung di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya.
“Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran rumah dan pohon – pohon yang tumbuh di halaman rumah. Untuk rak penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah,”kata Mas Budi
Mas Budi mengatakan bahawa di alam, Trigona bersarang di pohon lapuk dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 (dua) ruas yang menjadi tempat bersarang Trigona, koloni menggunakan sarang di ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan madu dan bee polen. Bambu yang berisi koloni dan madu Trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal.
Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari pakan keluar sarang. Pemindahan dilakukan dengan membelah bambu kemudian memindahkan koloni beserta telurnya ke dalam stup buatan.Lebih lanjut Mas Budi mengatakan bahwa teknik memindahkan koloni lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya
sudah dipindah, secara otomatis anggota koloni akan mengikuti ratu untuk berpindah tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1-2 bulan agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tahap awal yang dilakukan trigona adalah menutup semaksimal mungkin lubang yang ada di dalam stup yang baru dengan menggunakan propolis.
Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah menandai lubang masuk di kotak koloni dengan potongan propolis yang sewaktu di sarang alami dijadikan pintu masuk oleh koloni. Jika sarang sudah tertutup dengan rapat, trigona mulai memproduksi madu Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona sp untuk memproduksi madu.
Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti membersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pengecekan kondisi stup jika terkena air hujan.Selanjutnya adalah tahap pemanenan.
“Pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu trigona. Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakkan di mangkuk untuk kemudian dilakukan penirisan,”kata Mas Budi
“Teknik penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu banyak kontak dengan tangan. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup. Untuk propolis, setelah propolis dipanen langsung diletakkan ke dalam toples dan kemudian ditutup rapat. Pemanenan bisa dilakukan 3x setiap tahun untuk setiap stup. Budidaya trigona cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya perlu penyediaan stup dan lokasi yang mempunyai banyak tanaman yang berbunga dan bergetah,”tegas Mas Budi
Beberapa tantangan dalam budiya Trigona sp adalah ; 1) kurangnya pengetahuan tentang budidaya Trigona sp, sehingga tidak tahu waktu memanen madu dan propolis yang tepat. Hal ini menyebabkan stup penuh dan trigona kabur; 2) meletakkan stup di lokasi terkena langsung dengan sinar matahari, sehingga suhu didalam stup terlalu tinggi, bisa menyebabkan trigona pergi dari sarangnya; 3) adanya polusi dari pestisida dari lingkungan sekitar pembudidaya yang dapat menurunkan produksi madu sampai 0%; dan 4) kondisi stup yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena belum menemukan ukuran stup standar bagi Trigona sp.