JAKARTA (Andpost) - Sudah dua kali peluncuran LinkAja gagal dilaksanakan. Sebelumnya platform pembayaran digital pelat merah ini dijadwalkan meluncur resmi pada 13 April 2019, kemudian ditunda menjadi 21 April 2019 yang kembali urung dilaksanakan.
Diisukan bermuatan politik, Forum Humas: Acara ultah BUMN tak ada muatan politik
“LinkAja mau merampungkan migrasi, karena juga butuh intergasi untuk dompet elektronik, segala macam kan perlu, elektorniknya. Kita sempurnakan dulu,” katanya di Jakarta, Senin (22/4).
Sementara ketika dikonfirmasi CEO PT Fintek Karya Nusantara (Finraya) Danu Wicaksana saat ni pihanya sebagai pengelola LinkAja menyatakan proses migrasi e-wallet milik anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) tengah berlangsung. Sayangnya ia enggan memebrikan taregt migrasi rampung.
“Yang jelas e-money server based mereka sudah rampung migrasi ke sistem LinkAja,” kata Danu, terpisah.
Beberapa uang elektronik berbasis server tersebut adalah Unikqu milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), T-Bank dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan e-cash punya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Sedangkan e-wallet tersebut misalnya Yap milik BNI, My QR dari BRI, dan Mandiri Pay punya Mandiri.
Direktur Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa kelak Finraya penambahan modal Rp 1,5 triliun.
"Targetnya penyertaan modal dari pemegang saham senilai Rp 1,5 triliun, Dari target Rp 1,5 triliun tersebut, maka masing-masing pemegang saham nanti akan menyetor modal sesuai kepemilikan sahamnya. Sementara finalisasi kepemilikannya nanti di Juni,” kata pria yang akrab disapa Tiko pekan lalu.
Hingga saat ini kepemilikan Finraya sendiri masih sepenuhnya dipegang PT Telkomsel. Namun nanti kepemilikan akan dibagi dengan komposisi: Telkomsel 25%, BRI, Mandiri, dan BNI masing-masing 20%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Pertamina masing-masing 7%, dan 1% dipegang PT Jiwasraya (persero) 1%. (Sumber : https://keuangan.kontan.co.id)