Awalnya tidak sedikit kalangan menduga keberadaan majelis taklim Rachmat Hidayat hanya akan bertahan seumur jagung saja. Kumpulan pengajian para ibu-ibu itu, disinyalir bakal berakhir sejalan rampungnya kepentingan politik.
Tapi siapa nyana di bawah kepemimpinan Eva Dwiana HN, majelis ini justru mampu memasuki tahun ke-10, dan gaungnya hingga merambah ke segenap penjuru Bumi Lampung. Di sisi lain, pencapaian tersebut tetap tak luput dari komentar miring. Beberapa pihak mengatakan keberlangsungan majelis tersebut tak lepas dari dukungan pemerintahan kota, mengingat suami Eva tiada lain adalah Walikota Bandarlampung, Herman HN.
Kepada Lentera Swara Lampung, wakil rakyat anggota Komisi III DPRD Provinsi Lampung ini, mengakui majelis taklim Rachmat Hidayat yang dinakhodainya tidak mungkin akan bertahan sampai hari ini jika tidak diramaikan oleh orang-orang kaya. "Iya benar. Mesti orang kaya yang terlibat di kegiatan majelis ini. Harus kaya hati. Sehingga penuh rasa ikhlas. Sebab yang namanya ibadah memang harus dijalani secara tulus. Tidak akan jalan majelis ini kalau tidak berisikan ibu-ibu pengajian yang kaya hati dan penuh ketulusan," ungkap perempuan yang akrab disapa Bunda Eva ini, kemarin.
Saat disinggung tidak mudah untuk merawat sebuah majelis taklim dalam skala besar, apalagi dijalankan secara berkesinambungan, Eva mengamini pendapat itu. "Memang tidak mudah. Saya sepakat itu. Saya saja tidak menyangka hasilnya bisa seperti yang kita lihat sekarang," imbuhnya.
Ia lantas menceritakan bagaimana saat awal didirikan, majelis ini hanya berisikan tujuh jamaah saja. Selang beberapa waktu kemudian memang jamaahnya bertambah. Tapi jumlahnya tetap masih terbatas, cuma sepuluh jamaah saja. "Kalau kemudian jamaahnya sekarang sudah mencapai ribuan, mungkin ini sebagai berkah Allah yang menggerakkan hati orang-orang yang kaya hatinya dan tulus niatan ibadahnya itu untuk memakmurkan majelis taklim ini," sambung Eva.
Sekilas dia menuturkan, keberadaan majelis ini lahir persis setahun setelah anak sulungnya, juga bernama Rachmat Hidayat, kembali ke haribaan pencipta-Nya. "Nama anak saya itu yang diabadikan. Bagi saya majelis ini sebagai pengganti anak yang tiada lain merupakan amanah Allah, maka saya menjalani dan merawatnya semata untuk menjaga amanah Allah. Tidak ada kepentingan lain," tegasnya.
Rasa syukur atas masih terus berjalannya aktivitas majelis taklim Rachmat Hidayat ini, beberapakali terus disampaikan Eva sepanjang wawancara berlangsung. Ia berkali-kali mengucapkan rasa syukur karena didukung oleh keberadaan ibu-ibu yang antusias untuk beribadah. "Jujur saja, saya merasa luar biasa dengan antusiasme para jamaah," katanya.
Menurut Eva apresiasi ini patut disampaikan mengingat agenda majelis taklim Rachmat Hidayat terbilang padat, baik di tingkat kecamatan sampai kelurahan. Sedangkan sebulan sekali selalu dihelat tabliqh akbar di Masjid Al Furqon. Setiap kali tabligh yang senantiasa menghadirkan dai kondang itu digelar, dapat dipastikan salah satu masjid terbesar di Bandarlampung ini bakal ramai disesaki jamaah yang bukan hanya datang dari dalam kota, tetapi juga jamaah yang berasal dari beberapa kabupaten/kota lainnya di Lampung.
"Saya kerap terharu kalau melihat semangat ibu-ibu jamaah saat mendatangi majelis. Tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Agar bisa mendatangi majelis, mereka menitipkan dagangannya kepada suami-suaminya. Alhamdulillah para suami juga sangat mendukung kegiatan istrinya mengikuti majelis ini. Saat salah seorang dari mereka saya tanya kenapa sampai segitu bersemangat, jawabannya sungguh luar biasa. Jamaah itu bilang, setiap hari mereka sudah cari duit untuk bekal hidup di dunia, masa ikut majelis taklim untuk ngumpulin pahala di akhirat nggak mau," ucap Eva menirukan pengakuan salah seorang jamaah.
Sedangkan terhadap jamaah dari luar kota, Eva pun menyampaikan apresiasi serupa. Sebab menurutnya, perjuangan para jamaah itu tidak bisa dibilang kecil. Selain jarak tempuh yang jauh, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, ditambah lagi para jamaah itu harus membawa bekal sendiri untuk makan siang sebelum mengikuti tabligh.
Antusiasme seperti itu yang diakui Eva menjadi motivasi untuk terus menjalankan syiar melalui Rachmat Hidayat. “Semoga wadah ini bisa merangkul seluruh majelis taklim di Provinsi Lampung,” harapnya.
Dipenghujung obrolan Eva sempat mengenang suka dukanya dalam merintis majelis taklim Rachmat Hidayat. Diceritakannya, ketika itu pihaknya akan menggelar pengajian di salah satu masjid di Kecamatan Sukabumi, Bandarlampung. Meski segala sesuatunya sudah dipersiapkan sebelumnya, termasuk sudah mengantungi izin dari pengurus masjid, namun sesaat menjelang pelaksanaannya mendadak muncul larangan. Mereka tidak diperbolehkan melangsungkan majelis taklim di masjid tersebut.
Alhasil, tempat kegiatan pun dialihkan ke pelataran rumah salah seorang warga setempat. Tak dinyana, jamaah yang hadir justru membludak. "Saya benar-benar terharu menyaksikan itu. Saya semakin yakin segala sesuatu yang berangkat dari ketulusan dan diniatkan untuk ibadah, pasti akan dipermudah oleh Allah," pungkas Eva (ADV)
Jurnalis : Hanafi
Jurnalis : Hanafi