• Latest News

    Jumat, 01 Maret 2019

    Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi Apoteker Agent of Change Berlangsung Sukses

    PUKUL GONG: Sekda Kota Lubuklinggau, H Rahman Sani memukul gong tanda dibukanya Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi Apoteker Agent of Change dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Sehat di kabupaten/kota di Sumsel. Kegiatan ini diadakan di Hotel Burza, Kelurahan Watervang, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kamis (28/2)
    LUBUK LINGGAU (JN) – Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI 50 persen masyarakat di Indonesia minim pengetahuan terkait Dapatkan Gunakan Simpan Buang (Dagusibu) Obat. Meskipun saat ini sudah era digital, masyarakat masih minim kesadaran untuk membaca dan mencari tahu.
    Hal ini terungkap dalam Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi Apoteker Agent of Change dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Sehat di kabupaten/kota di Sumatera Selatan (Sumsel). Kegiatan yang diadakan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumsel, menghadirkan narasumber dari Kementerian Kesehatan RI, Kamis (28/2).

    Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Provinsi Sumsel, Muhammad Rizal mengatakan sosialisasi ini meminimalisir adanya kesalahan dalam Dagusibu obat.

    “Jangan sampai masyarakat menggunakan obat bukan sembuh, malah bertambah penyakitnya. Makanya kita adakan gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat (Gema Cermat) yang di-launching sejak 2015,” jelas Muhammad Rizal.

    Sementara itu Sekda Kota Lubuklinggau, H Rahman Sani saat membuka kegiatan ini menyampaikan penggunaan obat bebas secara berlebihan di kalangan masyarakat masih terjadi. Hal ini akibat masih kurangnya pemahaman cara menyimpan, membuang yang sudah kedaluwarsa, dan menggunakan dengan benar.

    “Masyarakat tidak memperoleh informasi yang cukup serta tidak memadai terhadap penggunaan obat. Maka kondisi tersebut dapat menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri karena dapat memicu resistensi terhadap obat. Untuk itu, peran kita sebagai pemerintah melakukan hal konkret dan komprehensif dalam mengatasi hal ini. Sehingga dapat mengurangi penggunaan obat kurang tepat dan tidak rasional pada masyarakat kita,” ungkapnya.

    Saat ini, kasus yang terjadi pada masyarakat mengenai penyalahgunaan obat, diantaranya mulai dari keracunan, overdosis, hingga menyebabkan kematian.

    Dalam hal ini, apoteker dapat menjadi mitra yang sinergis dalam mengoptimalkan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat. Apoteker harus berkontribusi secara signifikan dalam mensosialisasikan Gema Cermat agar masyarakat sadar pentingnya penggunaan obat secara benar.

    “Kegiatan ini sangat relevan terhadap pengembangan Kota Lubuklinggau. Ke depannya diharapkan kota ini menjadi kota yang nyaman dan aman bagi seluruh elemen masyarakat,” tandasnya.

    Perwakilan Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Erie Gusnelliyanti mengatakan obat sudah biasa dikonsumsi masyarakat baik anak kecil maupun dewasa. Namun tidak semua masyarakat tahu informasi obat yang dipakai atau gunakan.

    Hal ini disebabkan banyak hal. Bisa karena dokter tidak menjelaskan secara detail, apoteker juga tidak menyampaikan secara detail, dan masyarakat sendiri enggan untuk bertanya.

    “Makanya dalam kegiatan ini kita menyampaikan kepada semua apoteker di Kota Lubuklinggau, Kabupaten Muratara untuk aktif menginformasikan informasi obat yang akan digunakan kepada konsumen,” ungkap Erie.

    Masyarakat wajib tahu, apa nama dan kandungan obat, apa khasiatnya, berapa dosisnya, bagaimana cara penggunaannya dan apa efek sampingnya. Begitu juga terkait penyimpanannya masyarakat wajib tahu.

    Menurut Erie, dampaknya jika obat yang digunakan tidak sesuai aturan maka bukan menyembuhkan penyakit malah menambah penyakit. Misalnya, pengobatan penyakit TBC diwajibkan untuk meminum obat selama enam bulan nonstop, karena ketidaktahuan dan merasa sudah sembuh pasien berhenti minum obat dampaknya penyakit TBC tidak sembuh pengobatan dimulai dari nol lagi.

    Selain itu masyarakat kerab minum antibiotik dengan alasan untuk membunuh bakteri. Padahal tidak semua penyakit butuh antibiotik. Hal ini kalau keseringan minum antibiotik tidak sesuai dosis maka justru berdampak buruk bagi tubuh,” ungkap Erie.

    Untuk diketahui, saat ini di Kota Lubuklinggau memiliki 30 apotek, masing-masing apotek ada satu orang apoteker. Saat ini Dinkes Kota Lubuklinggau belum menemukan apotek yang beroperasi belum memiliki izin, itu artinya 30 apotek tersebut sudah mengantongi izin operasi.

    Jurnalis : Eka Karim

    • Netizen Comments
    • Facebook Comments
    Item Reviewed: Evaluasi Pelaksanaan Gema Cermat dan Optimalisasi Apoteker Agent of Change Berlangsung Sukses Rating: 5 Reviewed By: harian andalas post
    Scroll to Top