TANGGAMUS_Setelah dibiarkan rusak selama puluhan tahun, akhirnya pembangunan Bendungan Sungai (Way) Belu direalisasikan.
pembangunan bendungan Way Belu yang terletak di Pekon Belu, Kecamatan Kotaagung Barat itu sudah mulai dikerjakan. Aliran Way Belu juga sudah dibendung guna memperlancar pengerjaan pembangunan bendungan.
Pembangunan bendungan Way Belu dilaksanakan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat, dengan menelan dana sekitar Rp 2,3 miliar.
Pembangunan Bendungan Way Belu dilakukan sepanjang 60 meter, dengan masa kontrak selama 150 hari. Diharapkan dengan adanya bendungan ini kata dia, dapat menjadi solusi dalam menanggulangi permasalahan kekeringan lahan persawahan petani, yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil produksi panen petani.
Diberitakan sebelumnya, Bendungan Sungai Way Belu yang selama ini menjadi satu-satunya sumber untuk mengairi sawah di dua kecamatan yakni Kecamatan Wonosobo dan Kotaagung Barat rusak berat.
Ironisnya, bendungan tersebut sudah mengalami kerusakan sejak 24 tahun terakhir. Kondisi tersebut berdampak pada menurunya hasil pertanian masyarakat di dua kecamatan, karena areal persawahannya kekurangan pasokan air.
Tokoh Masyarakat setempat Barmawi Harun mengatakan, sedikitnya ada 10 pekon di dua kecamatan yang menggantungkan pengairan sawahnya pada Bendungan Way Belu. Seperti areal persawahan di Pekon Sinarsaudara, Soponyono dan Pekon Bandarkejadian Kecamatan Wonosobo. Kemudian Pekon Belu, Banjarmasin, Negarabatin, Tanjungagung, Waygelang, Tebabunuk dan Kanyangan Kecamatan Kotaagung Barat.
“Untuk areal persawahan di Pekon Negarabatin saja ada sekitar 2. 000 hektare sawah, belum lagi dipekon lainnya, mungkin hampir 7.000 hektare sawah yang pengairannya bergantung pada Bendungan Way Belu, ” katanya.
Menurutnya, bendungan yang dibangun sekitar Tahun 1980-an itu rusak akibat diterjang banjir pada Tahun 1994 silam.”Bendungan ini rusak karena direrjang Banjir 1994 silam, dan sampai sekarang belum pernah diperbaiki sama sekali, ” ujar Barmawi.
Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tanggamus ini menambahkan, sejak bendungan Way Belu rusak, pengairan ke areal persawahan yang ada di beberapa pekon tersebut jadi kurang optimal. Akibatnya, hasil panen padi menurun drastis.
“Sebelum bendungan ini rusak, dalam satu hektare sawah petani bisa panen padi hingga 6 ton. Namun setelah bendungan rusak, maksimal petani hanya bisa mendapatkan 4 ton padi dari total satu hektare sawah, ” tuturnya.
Agar tetap bisa mendapatkan pasokan air lanjut Barmawi, masyarakat selama ini membuat bendungan darurat dari bambu. Namun bendungan itu tidak pernah bertahan lama, sebab jika aliran sungai cukup deras, bendungan tersebut kerap jebol.
“Kalau banjir bendungan darurat ini jebol terus, jadi petani juga bingung harus gimana lagi caranya supaya pasokan air ke areal persawahan ini bisa kembali lancar, ” pungkasnya
0 Post a Comment/Comments:
Posting Komentar