Dwi Puji Hartono S.Pi., M.Si, Staf Pengajar Program Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung |
Ikan di laut semakin sulit didapatkan. Bahkan, bila tidak ada perubahan model produksi, para peneliti mengatakan pada 2048 tidak ada lagi ikan untuk ditangkap. Dengan kata lain, tidak akan ada lagi menu seafood. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan produksi untuk melakukan budidaya ikan air tawar sebagai substitusi ikan laut. Jadi, kita bisa memberikan ruang kepada biota laut untuk berkembang biak.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan konsumsi ikan per kapita Indonesia masih sangat rendah dibanding konsumsi penduduk negara berkembang lainnya.
Kalau kita menilik laporan KKP pada 2011, konsumsi ikan masyarakat Indonesia hanya berada diangka 31,5 kg per tahun. Coba bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 55,4 kg per tahun. Kabar baiknya, pertumbuhan rata-rata konsumsi ikan di Indonesia cukup tinggi 5,04 persen per tahun. Jauh di atas Malaysia yang hanya 1,26% per tahun.
Dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia, kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan semakin tinggi. Ditambah lagi dengan adanya program Gemar Makan Ikan yang dikampanyekan KKP, angka konsumsi akan terus bergerak naik.
Dari sisi produksi, pada 2011 produksi perikanan nasional mencapai 12,39 juta ton. Dari jumlah itu, produksi perikanan tangkap sebanyak 5,41 juta ton dan produksi perikanan budidaya 6,98 juta ton.
Dari total produksi perikanan budidaya, jumlah budidaya ikan dalam kolam air tawar menyumbangkan angka hingga 1,1 juta ton. Sisanya adalah budidaya tambak air payau, budidaya di laut, budidaya dalam keramba dan budidaya jaring apung.
Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat, yaitu berkisar 11% setiap tahun. Hal ini menunjukkan ada gairah besar di masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar. Tentunya, pertumbuhan produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus meningkat.