Salah seorang petani setempat, Slamet mengatakan anjloknya harga lada hitam tersebut telah berlangsung beberapa bulan belakangan. Padahal menurutnya saat ini disana bel memasuki masa panen. Sehingga diprediksi akan kembali anjlok waktu produksi meningkat ditingkat petani.
"Sekarang saja harganya sudah segitu, lah bagaimana nanti saat panen tiba. Pasti harganya lebih buruk lagi, karena seperti sebelum-sebelumnya itu telah lumrah terjadi, "kata dia, Minggu (7/7/2019).
Masyarakat yang berprofesi sebagai petani berusaha menanam tanaman perkebunan itu sangat terganggu dengan keadaan tersebut. Padahal, saat ini kondisi dilapangan sangat sulit mengembangkan tanaman yang biasa di panen bulang Agustus setiap tahun tersebut. Sehingga menyebabkan mereka berpikir dua kali menanam tanaman yang pernah jaya diera Tahun 80 - 90-an itu.
"Saat tanaman saja sudah jarang disini, karena banyak tanaman yang mati. Kami baru mau semangat karena kebetulan yang tersisa buahnya lumayan, kalo begini bagaimana masyarakat akan semangat. Disini saja sudah banyak beralih, seperti singkong misalnya selain perawatan mudah juga harganya lumayan dipasaran, "tambah petani lainnya dari wilayah Kecamatan Abung Barat, Sefri. Dan manambahkan panen tahun sebelumnya mencapai Rp33.000/kg - Rp38.000/kg.
Bahkan masyarakat di Kecamatan Abung Timur, Kecamatan Abung Surakarta dan sekitar mengungkapkan harga komoditas perkebunan itu mencapai Rp25.000/kg. Padahal musim panen baru akan tiba pada bulan depan sehingga meresahkan petani lada setempat. Sebab, antara biaya perawatan dan hasil berbanding terbalik dengan diterima.
"Kami berharap pemerintah dapat peka dan mencarikan solusi. Bila tidak tanaman yang pernah membawa harum daerah itu punah diganti tanaman lain yang mudah dan hasilnya baik. Tidak dengan lada, karena merawatnya seperti anak bayi sementara harganya begini," ujar Ismail salah satu petani lainnya.(aldo)